☀️ Peraturan Daerah Yang Dibuat Oleh Kepala Daerah Kabupaten Biasanya Berupa
diDaerah yang ditetapkan melalui SK Kepala Dinas, terdiri dari 1 Kasie yang menangani prasarana dan sarana serta 2 orang staf (Sekretariat dan Bidang Teknis) pada masing-masing satker pelaksana kegiatan Ditjen PSP. b. Satker PSP di Propinsi bertanggungjawab terhadap pengisian dan pemutahiran data dan informasi MPO di Kabupaten/Kota yang
pengawasanyang dilakukan oleh pusat kepada daerah dan bagaimana standarisasi yang ideal untuk pengawasan dimaksud. Satu diantara mekanisme pengawasan berlangsung adalah terhadap produk hukum yang dihasilkan oleh pemerintah daerah, baik itu berupa perda maupun ketetapan dan keputusan yang dibuat oleh kepala daerah semestinya mendapatkan kontrol
PeraturanDaerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota yang dibuat oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan Badan Perwakilan Desa. Sedangkan Keputusan Kepala Desa berfungsi sebagai pelaksanaan peraturan desa dan pelaksanaan kebijaksanaan kepala desa dalam pemerintahan
DalamPeraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Karanganyar. 2. Pemerintah Daerah adalah kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Karanganyar.
Samodro- M. Said Hidayat SH. dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2015) dapat dikatakan sebagai usaha dalam menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama ( yang biasanya berupa lambang - lambang verbal untuk merubah tingkah
hasilperusahaan milik daerah yang sah. Misalnya penerimaan keuangan oleh Pemerintah Daerah yang berupa penjualan asset dan jasa giro. Dinas pengolahan pasar Kab. Bunyuasin adalah instansi yang ditunjuk untuk melaksanakan atau mengelolah pasar diwilayah Banyuasin salah satunya adalah unit Pasar Kenten Azhar. Atas peran itulah,
Pengelolaanaset desa khususnya yang terkait dengan pemanfaatan dan pemindahtanganan yang sudah berjalan dan/atau sedang dalam proses sebelum ditetakannya Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 2016, tetap dapat dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri mengenai Pengelolaan Aset Desa ini.
PERATURANDAERAH . KABUPATEN BANDUNG BARAT . NOMOR 9 TAHUN 2012 . TENTANG . Reklame Grafitadalah reklame yang berupa tulisan atau gambar atau y 35. Pembinaan adalah kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat bagi penyedia jasa, pengguna jasa dan masyarakat. 36. Pengawasan
Apabilaada peraturan daerah yang dibuat bukan oleh kepala daerah dan DPRD, maka Peraturan Daerah tersebut adalah batal demi hukum. Namun dalam praktek yang namanya batal demi hukum ini tidak pernah terjadi, karena peraturan perundang-undangan tersebut nyatanya tidak mati (batal) dengan sendirinya tetapi ada suatu tindakan.
PerdaKabupaten/Kota, yaitu Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota. Kedudukan Perda Kabupaten/Kota dalam hierarki (tata urutan) peraturan perundang-undangan, berada pada urutan terbawah.
Pemaksaannorma-norma peraturan daerah yang dibuat nyatanya kurang aspiratif tanpa memperhatikan keberadaan dan hakikat hukum lokal dalam masyarakat. banyak pergantian kepala-kepala dinas pasca pemilihan kepala daerah. Dan biasanya kepala-kepala dinas di bidang strategis sering diisi oleh birokrat yang menjadi pendukung calon kepala daerah
PengertianAPBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Secara sederhana dipahami bahwa APBD adalah rencana keuangan dari pemerintah daerah. Didalam UU Keuangan negara diberikan pengertian APBD adalah rencana keuangan pemda selama setahun yang harus mendapatkan persetujuan DPRD. APBD berlaku untuk jangka waktu satu tahun dari 1 Januari sampai
4QebE. Pemahaman terhadap konsepsi otonomi daerah masih memprihatinkan. Kepala daerah sering salah menafsirkan otonomi Dalam praktik, seperti dijelaskan Prof. Bhen, dalam bukunya, telah terjadi pelanggaran hukum dalam mekanisme pembatalan Perda. Sebab, pembatalannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Menteri. Padahal UU Pemda 2004 mengisyaratkan pengawasan Perda dilakukan Presiden. Bisa jadi, penyimpangan itu terkait rumusan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Di sini, pengawasan terhadap Perda dan Peraturan kepala Daerah dilakukan Mendagri. Anehnya lagi, pasal 37 ayat 1 PP ini menyebutkan Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dibatalkan oleh Presiden atas usul Menteri Dalam Negeri. Sementara pembatalan Peraturan Kepala Daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan lebih tinggi dilakukan Menteri Dalam Negeri dengan Permendagri.  Kekosongan dan kelemahan pengaturan ketiga produk hukum daerah tersebut diperumit lagi dengan lahirnya Permendagri No. 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah. Permendagri ini mengenai Peraturan Bersama Kepala Daerah dan Instruksi Kepala Daerah.  PP No. 79 Tahun 2005 juga membuat rancu tentang siapa yang membatalkan Perda. Di satu sisi disebut dibatalkan oleh Presiden dengan Perpres, tetapi di sisi lain dibatalkan oleh Menteri Dalam Negeri melalui SK Menteri. Bentuk produk hukum yang membatalkan Peraturan Presiden dan Surat Keputusan Menteri akan membawa implikasi. Peraturan Presiden mengenal mekanisme judicial review ke Mahkamah Agung, sedangkan SK tidak mengenalnya. Suatu SK digugat ke PTUN.  Ketidaksinkronan peraturan perundang-undangan itu turut memperkeruh praktik otonomi daerah di Indonesia. I Made Suwandi, Direktur Fasilitasi Kebijakan dan Pelaporan Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri, membenarkan sinyalemen itu. Kondisi ini, kata Made, diperparah kurangnya pemahaman terhadap hakekat otonomi daerah, disamping praktik otonomi daerah di Indonesia yang berbeda dengan di negara lain.  Kondisi demikian akan berimbas lebih jauh. Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Safri Nugraha, menyatakan kesalahan pemahaman terhadap otonomi daerah itulah yang melahirkan tumpang tindih perizinan di banyak daerah. Masa ada puluhan izin dikeluarkan untuk lokasi yang sama, ujarnya.  Pengaturan mengenai pembentukan Peraturan Daerah Perda di Indonesia memperlihatkan ketidaktaatan asas. Menurut pasal 18 ayat 6 UUD 1945, Perda dan peraturan-peraturan lain ditetapkan oleh pemerintahan daerah. Sementara, berdasarkan pasal 7 ayat 2 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Perda dibuat oleh DPRD bersama kepada daerah. Sebaliknya, bagian Penjelasan Umum butir 7 UU Pemda tersebut, Perda dibuat oleh DPRD bersama dengan pemerintah daerah. Pada Undang-Undang yang sama, pasal 136, disebutkan bahwa Perda ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan bersama DPRD.  Ketidaktaatan asas ini merupakan salah satu kritik yang disampaikan Guru Besar Ilmu Administrasi Negara Prof. Bhenyamin Hoessein dalam diskusi mengiringi peluncuran bukunya Perubahan Model, Pola, dan Bentuk Pemerintahan Daerah Dari Era Orde Baru ke Era Reformasi di Depok, Rabu 19/8. Selain itu, Prof. Bhen mengingatkan bahwa Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemda tidak mengatur hubungan antara Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota. Sehingga tidak jelas apakah hubungannya hierarkis atau setara. Pasal 18 ayat 1 UUD 1945 menghendaki hubungan provinsi dan kabupaten/kota bersifat hierarkis. Hal ini juga dapat dirujuk ke TAP No. IV/MPR/2000 yang menghendaki otonomi daerah yang bertingkat dari provinsi sampai ke desa. Tetapi kalau merujuk pada UU No. 10 Tahun 2004, Perda Provinsi berkedudukan lebih tinggi dibanding Perda Kabupaten/Kota.  Undang-Undang Pemda membedakan tiga jenis produk hukum daerah otonom dua produk hukum berupa pengaturan yaitu Perda dan Peraturan Kepala Daerah, dan satu berupa pengurusan SK Kepala Daerah. Dua yang pertama memiliki norma yang umum dan abstrak, sedangkan yang terakhir bersifat penetapan yang bisa digugat ke Pengadilan Tata Usaha Pelanggaran hukumSetiap Perda wajib disampaikan kepada Pemerintah. Merujuk pada pasal 1 butir 1 UU Pemda, Pemerintah di sini adalah Presiden. Menurut Prof. Bhen, penyampaian Perda kepada Pemerintah adalah dalam rangka pengawasan refresif. Cuma, dari berbagai jenis produk hukum daerah otonom, termasuk Peraturan Desa, hanya Perda yang tunduk pada pengawasan refresif. Pasal 145 ayat 2 UU Pemda menentukan bahwa Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah. Pembatalan Perda, Provinsi atau Kabupaten/Kota, mestinya dilakukan oleh Presiden.
Hukum Positif Indonesia- Dalam uraian ini disampaikan mengenai PendahuluanLatar BelakangPermasalahanTinjauan PustakaUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-UndanganPasal 7Pasal 8Pasal 15Hukum PidanaPembahasanLantas dimana kedudukan hukum Peraturan Kepala Daerah?Lalu bagaimana kekuatan hukum Peraturan Kepala Daerah?Apa saja yang menjadi kewenangan Kepala Daerah?Dapatkah Peraturan Kepala Daerah memuat ketentuan pidana?Apa itu ketentuan pidana?Kesimpulan Pendahuluan Latar Belakang Pemilihan kepala daerah secara langsung mempunyai dampak positif bagi demokrasi di Indonesia secara umum, namun juga mempunyai dampak negatif. Dampak positif dari pemilihan kepala daerah secara lagsung salah satunya adalah terselenggaranya sistem demokrasi sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan, sedangkan salah satu dampak negatif yang penulis ketahui dari media dalam jaringan online adalah mengenai kebijakan dalam bentuk produk hukum yang ditetapkan masih belum sesuai dengan ketentuan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia, karena dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah dinyatakan bahwa Indonesia adalah Negara Hukum. Ketidak sesuaian antara kebijakan yang ditetapkan oleh kepala daerah dalam bentuk produk hukum dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu walaupun secara sistematis memang telah sesuai dengan tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia, namun isi atau materinya masih terdapat ketidaksesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Hal seperti ini dapat saja terjadi dikarenakan alasan politik, ketidakmengertian, atau pun bentuk arogansi kekuasaan kepala daerah. Akan tetapi perlu diketahui dengan ditetapkan kebijakan tersebut sangat berdampak terhadap masyarakat di daerah yang dipimpinnya. Memperhatikan peristiwa dari fenomena tersebut, penulis menyampaikan paparan mengenai kekuatan hukum sebuah peraturan kepala daerah. Permasalahan Dari uraian latar belakang sebagaimana tersebut di atas menimbulkan pertanyaan Dimana kedudukan hukum Peraturan Kepala Daerah? Bagaimana kekuatan hukum Peraturan Kepala Daerah? Apa saja yang menjadi kewenangan Kepala Daerah? Dapatkah Peraturan Kepala Daerah memuat ketentuan pidana? Apa itu ketentuan pidana? Tinjauan Pustaka Penulis menggunakan literasi dalam uraian ini, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Artikel dengan judul Mengenal Hukum Pidana Indonesia pada blog Hukum Positif Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam ketentuan Pasal 1 ayat 3, dengan jelas menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Hal ini menggambarkan bahwa semua tindakan yang berkenaan dengan ketatanegaraan atau tata pemerintahan dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, tanpa terkecuali. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Ketentuan Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan menyatakan sebagai berikut Pasal 7 Pasal 7 ayat 1; Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Pasal 7 ayat 2; Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Pasal 8 Pasal 8 ayat 1; Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. Pasal 8 ayat 2; Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Pasal 15 Pasal 15 ayat 1; Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam Pasal 15 ayat 2 Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dan huruf c berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau pidana denda paling banyak lima puluh juta rupiah. Pasal 15 ayat 3 Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dapat memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat 2 sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan lainnya. Perlu disampaikan juga bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Hukum Pidana Uraian mengenai hukum pidana dapat dibaca pada artikel berjudul “Mengenal Hukum Pidana Indonesia”, yang dimuat dalam blog Hukum Positif Indonesia. Pembahasan Sebagaimana telah diuraikan diatas pada bab permasalahan, bahwa sejauhmana kekuatan mengikat sanksi pidana yang terdapat dalam sebuah peraturan kepala daerah? Pada bab pembahasan ini akan diuraikan yang menjadi permasalahan tersebut di atas dengan metode yuridis normatif. Berdasarkan tinjauan pustaka sebagaimana tersebut di atas, dapat disampaikan bahwa Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana yang ditegaskan dalam ketentuan Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ketentuan negara hukum ini mempunyai pengertian bahwa Indonesia merupakan negara yang dalam setiap tindakannya, baik itu mengatur hubungan antara subjek hukum dengan subjek hukum lainnya, subjek hukum dengan negara, maupun ketatanegaraan dan administrasi negara didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu dalam ketentuan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dengan jelas disebutkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menduduki tingkatan pertama dari semua tingkatan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia, setelahnya baru ikuti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Baca juga Indonesia Negara Hukum Lantas dimana kedudukan hukum Peraturan Kepala Daerah? Kedudukan Peraturan Kepala Daerah diatur dalam ketentuan Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang menyebutkan bahwa; “Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat”. Jadi Peraturan Kepala Daerah baik itu Gubernur, Bupati, Walikota, Kepala Desa, termasuk ke dalam jenis peraturan perundang-undangan selain Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Lalu bagaimana kekuatan hukum Peraturan Kepala Daerah? Kedududukan hukum Peraturan Kepala Daerah, diatur dalam ketentuan Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang menyebutkan bahwa; “Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan”. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas dapat diuraikan bahwa kekuatan hukum Peraturan Kepala Daerah adalah diakui keberadaannya dan mengikat sepanjang di perintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang tingkatannya lebih tinggi yaitu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau peraturan yang dibentuk berdasarkan kewenangannya. Baca juga Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Apa saja yang menjadi kewenangan Kepala Daerah? Kewenangan Kepala Daerah sebagaimana disebutkan dalam ketetentuan Pasal 65 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut a. mengajukan rancangan Perda; b. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; c. menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah; d. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat; e. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sesuai ketentuan pasal tersebut di atas, dengan jelas disebutkan bahwa Kepala Daerah mempunyai kewenangan untuk menetapkan Peraturan Kepala Daerah. Dapatkah Peraturan Kepala Daerah memuat ketentuan pidana? Tidak semua peraturan perundang-undangan dapat memuat ketentuan pidana. Materi muatan ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan adalah sebagai berikut a. Undang-Undang; b. Peraturan Daerah Provinsi; atau c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Khusus bagi Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota hanya dapat memuat materi ketentuan pidana dengan ketentuan sebagai berikut Pidana kurungan paling lama 6 enam bulan. Pidana denda paling banyak lima puluh juta rupiah Hal ini ditegaskan dalam ketentuan Pasal 15 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Jadi Peraturan Kepala Derah tidak dapat memuat materi ketentuan pidana. Baca juga Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Apa itu ketentuan pidana? Pidana atau straf bahasa Belanda merupakan bentuk sanksi atau hukuman yang dijatuhkan terhadap orang yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Mengenai pidana diatur dalam ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang menyebutkan bahwa pidana terdiri dari Pidana pokok. Pidana tambahan. Pidana pokok terdiri atas Pidana mati; dilakukan oleh algojo di tempat gantungan dengan menjeratkan tali yang terikat di tiang gantungan pada leher terpidana kemudian menjatuhkan papan tempat terpidana berdiri. Pidana penjara; ialah seumur hidup, atau selama waktu tertentu paling singkat satu hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut. Pidana kurungan; pidana kurungan harus dijalani dalam daerah dimana si terpidana berdiam ketika putusan hakim dijalankan, atau jika tidak punya tempat kediaman, didalam daerah dimana ia berada, kecuali Menteri kehakiman atas permintaannya, terpidana memboleh menjalani pidananya di daerah lain Pasal 22 KUHP. Pidana denda; merupakan pidana untuk membayarkan sejumlah uang sebagai pengganti waktu pidana kurungan tertentu yang terlebih dahulu telah diputuskan oleh hakim. Pidana tutupan; merupakan hukuman pengganti dari pidana penjara yang diputuskan oleh hakim dikarenakan tindak pidana tindak yang dilakukan terdorong oleh maksud yang patut dihormati. Pidana tutupan tetap dilakukan pada tempat tertentu yang kondisinya lebih baik dari penjara. Pidana tambahan terdiri atas Pencabutan hak-hak tertentu. Perampasan barang-barang tertentu. Pengumuman putusan hakim. Selain pidana pokok, hakim juga dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa; pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman putusan hakim mengenai tanggung jawab beban biaya pidana penjara atau pidana kurungan sebagaimana tersebut. Khusus Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dapat memuat bentuk sanksi atau hukuman lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya sebagaimana telah disebutkan dalam ketentuan Pasal 15 ayat 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Kesimpulan Berdasarkan uraian singkat di atas dapat disimpulkan sebagai berikut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menduduki tingkatan pertama dari semua tingkatan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia, setelahnya baru ikuti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Kekuatan hukum Peraturan Kepala Daerah adalah diakui keberadaannya dan mengikat sepanjang di perintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang tingkatannya lebih tinggi yaitu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau peraturan yang dibentuk berdasarkan kewenangannya. Kewenangan Kepala Daerah dalam ketentuan Pasal 65 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, salah satunya adalah membuat peraturan kepala daerah. Peraturan Kepala Derah tidak dapat memuat materi ketentuan pidana. Pidana atau straf bahasa Belanda merupakan bentuk sanksi atau hukuman yang dijatuhkan terhadap orang yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Demikian tinjauan yuridis tentang kedudukan hukum sebuah Peraturan Kepala Daerah yang disampaikan secara singkat, semoga dapat menjadi bahan untuk membuka cakrawala menuju bijaksana. -RenTo060920-
Peraturan daerah Perda adalah suatu peraturan yang telah tercantum di perundang-undangan yang dibentuk atau dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dengan persetujuan Kepala Daerah. Untuk lebih jelasnya simaklah Materi Contoh Peraturan Daerah, meliputi Pengertian, Jenis, Tujuan, dan Contohnya di bawah ini. Peraturan daerah Perda adalah suatu peraturan yang telah tercantum di perundang-undangan yang dibentuk atau dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dengan persetujuan Kepala Daerah. Peraturan daerah terdiri dari Peraturan Daerah Provinsi & Peraturan Daerah Kabupaten dan Kota. Provinsi Papua, peraturan daerah dikenal dengan istilah Peraturan Daerah Khusus dan Peraturan Daerah Provinsi. Sedangkan di Provinsi Aceh, Peraturan daerah dikenal Qanun. Peraturan daerah kabupaten dan kota disebutkan di dalam Pasal 1 angka 8 Undang-undang Tahun 2011 mengenai Pembentukan Peraturan perundang-undangan, yakni sebagai berikut Peraturan Daerah Kabupaten dan Kota adalah suatu Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk atau dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kabupaten dan Kota dengan persetujuan Bupati atau Walikota. Baca Juga Tugas dan Wewenang MPR Jenis-Jenis Peraturan Daerah Berdasarkan peraturan dalam UUD 1945, mengenai perangkat daerah seperti Gubernur, Bupati, dan Walikota, maupun DPRD bisa membuat rancangan peraturan daerah. Ada beberapa macam jenis Peraturan daerah yang bisa ditetapkan oleh Pemerintah daerah Perda. Lalu apa saja jenis jenis Peraturan daerah? Berikut ini adalah jenis-jenis peraturan daerah Perda di dalam kehidupan bernegara, yakni sebagai berikut 1. Peraturan Tentang Pajak Daerah Jenis peraturan daerah ini adalah peraturan mengenai pajak daerah. yang mana peraturan tersebut merupakan salah satu jenis peraturan yang diperbolehkan atau diizinkan oleh negara untuk dibuat oleh pemerintah daerah Pemda. Peraturan tentang pajak ini penting dan memang menjadi hal yang harus dibuat oleh pemerintah daerah mengingat pajak menjadi salah satu sumber pendapatan negara dan daerah Peraturan mengenai pajak daerah tentunya akan berbeda di antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut pula tergantung kepada besaran pajak yang ingin dikenakan oleh daerah terhadap warga maupun kepada setiap komponen daerah. 2. Peraturan Mengenai Retribusi Daerah Peraturan daerah yang kedua adalah peraturan tentang retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Pemda atas penggunaan berbagai fasilitas umum seperti jalan, air, dan sebagainya. Kondisi suatu daerah dengan daerah lainnya tentu berbeda, maka dari inilah peraturan tentang retribusi daerah penting untuk dibuat dengan semestinya. 3. Peraturan Mengenai Tata Ruang Daerah Di dalam mengatur suatu pemerintahan di suatu daerah, tentu akan ada aspek tertentu yang sangat penting bagi keteraturan dan juga ketertiban di daerah itu sendiri. Pengaturan tentang tata ruang adalah suatu hal yang sangat penting, mengingat tata ruang akan menentukan bagaimana akses lalu lintas daerah bisa terjadi, bagaimana akses rakyat terhadap berbagai perangkat daerah, dan sebagainya. 4. Peraturan Mengenai APBD APBD merupakan anggaran pendapatan & belanja daerah. Di dalamnya terdapat rencana, akan seperti apa dan bagaimana suatu daerah dijalankan selama 1 tahun ke depan. Dalam peraturan ini pula, pemerintah daerah Pemda harus secara cermat dan tepat dalam merencanakan APBN-nya. Setiap tindakan yang di ambil harus efektif dan efisien agar APBD akan digunakan dengan sebaik-baiknya. Yang mana pengawasan atas APBD ini menjadi salah satu tugas dan juga fungsi Dewan Perwakilan rakyat Daerah DPRD. 5. Rencana Program Jangka Menengah Daerah Peraturan daerah selanjutnya yaitu adalah Rencana Program Jangka Menengah Daerah RPJMD. RPJMD sendiri merupakan rencana pembangunan yang dibuat oleh Pemda selama jangka menengah, yaitu sekitar 10 s/d15 tahun. Rencana Program Jangka Menengah Daerah ini juga merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah daerah Pemda 6. Peraturan Tentang Perangkat Daerah Jenis dari peraturan daerah selanjutnya yaitu adalah peraturan tentang perangkat daerah. Pemerintah daerah memiliki hak dalam mengatur segala hal yang berkenaan dengan lembaga pemerintahan kabupaten dan kota, maupun dengan provinsi. Pengaturan ini juga menjadi hal yang penting, mengingat tiap-tiap perangkat daerah perlu diberikan pedoman mengenai tugas & fungsinya. 7. Peraturan Mengenai Pemerintahan Desa Yang terakhir pemerintahan desa, yang mana pemerintahan desa ini adalah salah satu perangkat pemerintahan daerah bahkan juga negara yang sangat penting. Sehingga adanya atau dibuatnya jenis peraturan daerah yang selanjutnya yaitu peraturan mengenai pemerintah desa. Di dalam Perda tersebut, ada beberapa pengaturan mengenai tugas & fungsi aparat desa. Seperti yang sudah diketahui bersama, setiap desa akan mendapatkan anggaran 1 miliar berdasarkan Undang-undang Desa. Oleh sebab hal inilah pemerintah desa harus mengelola Badan Usaha Milik Desa BUMD sebagai salah satu pemanfaatan dana anggaran tersebut. Baca Juga Tugas dan Wewenang Kepala Daerah Contoh Peraturan Daerah Berikut ini adalah beberapa contoh Peraturan Daerah Perda yakni sebagai berikut Peraturan daerah mengenai larangan merokok di tempat daerah mengenai pengelolaan pasar & tempat daerah mengenai Rencana Tata Ruang pelaksanaan Syariat Islam di Provinsi Jawa daerah mengenai kebersihan lingkungan. Selain itu, di provinsi jakarta terdapat peraturan daerah mengenai larangan merokok di tempat umum. Peraturan ini juga sudah banyak diterapkan di daerah daerah lain. Peraturan ini sengaja dibuat mengingat merokok di tempat umum akan mengganggu kenyamanan orang lain. Sebab itulah peraturan ini dibuat untuk melarang merokok di tempat umum seperti di terminal, sekolah, angkutan umum dan tempat tempat umum lainnya. Tujuan Peraturan Daerah Seperti yang telah di bahas sebelumnya bahwa peraturan daerah merupakan produk yang tercantum/tertuang di perundang-undangan pemerintah daerah, dibuatnya peraturan daerah ini bertujuan dalam mengatur hidup bersama, melindungi hak & kewajiban manusia di dalam lingkungan masyarakat, menjaga keselamatan serta tata tertib masyarakat di daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, pada dasarnya peraturan daerah adalah sarana komunikasi yang sifatnya timbal balik antara Kepala daerah dengan masyarakat di daerahnya. Oleh sebab itulah, setiap keputusan yang penting dan juga menyangkut pengaturan serta pengurusan rumah tangga daerah yang tercantum dalam peraturan daerah harus mengikutsertakan masyarakat. Dengan dlibatkannya masyarakat dalam proses pembuatan rancangan peraturan daerah PRPD, maka diharapkan setelah Rancangan Peraturan Daerah tersebut disahkan menjadi peraturan daerah bisa mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat sehingga tujuan yang hendak dicapai bisa dengan segera terwujud dan juga tidak ada hak-hak masyarakat yang akan terabaikan. Demikianlah pembahasan kami mengenai Materi Peraturan Daerah. Baca juga artikel kami lainnya Teks Pancasila beserta penjelasan lengkapnya. Terima kasih telah berkunjung.
peraturan daerah yang dibuat oleh kepala daerah kabupaten biasanya berupa